Dalam pencitraan kedokteran nuklir, radiofarmaka diambil secara internal, misalnya intravena atau secara lisan. Kemudian, detektor eksternal (gamma kamera) menangkap dan membentuk gambar dari radiasi yang dipancarkan oleh radiofarmasi. Proses ini tidak seperti sinar-X diagnostik
Ada
beberapa teknik kedokteran nuklir diagnostik. ''''Skintigrafi ("scint")
adalah penggunaan radioisotop internal untuk membuat dua-dimensi.
''''SPECT adalah 3D tomografi teknik yang menggunakan data kamera gamma
dari proyeksi banyak dan dapat direkonstruksi dalam pesawat yang
berbeda. ''''Positron emisi tomografi (PET) menggunakan deteksi
kebetulan untuk proses gambar fungsional.
Tes
kedokteran nuklir berbeda dari kebanyakan lainnya modalitas pencitraan
dalam tes diagnostik terutama menunjukkan fungsi fisiologis sistem yang
diteliti sebagai lawan pencitraan anatomi tradisional seperti CT atau
MRI.
Studi
pencitraan kedokteran nuklir adalah organ atau jaringan umumnya lebih
spesifik (misalnya: paru-paru memindai, memindai jantung, tulang scan,
scan otak, dll) daripada yang di radiologi konvensional pencitraan, yang
berfokus pada bagian tertentu dari tubuh (misalnya: X dada -ray, perut /
panggul CT scan, CT scan kepala, dll).
Selain
itu, ada penelitian kedokteran nuklir yang memungkinkan pencitraan
seluruh tubuh berbasis pada reseptor sel tertentu atau fungsi.
Contohnya adalah seluruh tubuh PET scan atau PET / CT scan, scan gallium, indium scan sel darah putih, MIBG scan dan octreotide.
Sementara
kemampuan metabolisme nuklir untuk proses penyakit gambar dari
perbedaan dalam metabolisme yang tak tertandingi, tidak unik.
Teknik
tertentu seperti jaringan citra fMRI (jaringan terutama otak) oleh
aliran darah, dan dengan demikian menunjukkan metabolisme.
Juga,
peningkatan kontras teknik di kedua CT dan MRI menunjukkan daerah
jaringan yang menangani obat-obatan berbeda, karena adanya proses
inflamasi.
Tes diagnostik dalam kedokteran nuklir memanfaatkan cara menangani tubuh zat berbeda ketika ada penyakit atau patologi hadir.
Radionuklida
diperkenalkan ke dalam tubuh sering kimia terikat untuk sebuah kompleks
yang bertindak khas di dalam tubuh, hal ini umumnya dikenal sebagai
pelacak satu. Dalam kehadiran penyakit, pelacak sering akan
didistribusikan sekitar dan tubuh / atau diproses secara berbeda.
Sebagai
contoh, ligan metilen-diphosphonate (MDP) dapat preferentially diambil
oleh tulang. Dengan kimia melampirkan teknesium-99m ke MDP,
radioaktivitas dapat diangkut dan menempel pada tulang melalui
hidroksiapatit untuk pencitraan.
Setiap
fungsi fisiologis meningkat, seperti karena patah tulang di tulang,
biasanya akan berarti peningkatan konsentrasi pelacak.
Ini
sering mengakibatkan munculnya 'hot spot-' yang merupakan peningkatan
fokus di radio-akumulasi, atau peningkatan umum akumulasi radio seluruh
sistem fisiologis.
Penyakit beberapa proses menghasilkan pengecualian dari pelacak, mengakibatkan munculnya 'tempat dingin'.
Banyak pelacak kompleks telah dikembangkan untuk gambar atau mengobati berbagai organ, kelenjar, dan proses fisiologis.
Di
beberapa pusat, scan kedokteran nuklir dapat ditumpangkan, menggunakan
perangkat lunak atau kamera hibrida, pada gambar dari modalitas seperti
CT atau MRI untuk menyorot bagian tubuh di mana radiofarmaka
terkonsentrasi.
Praktek ini sering disebut sebagai fusi citra atau co-pendaftaran, misalnya SPECT / CT dan PET / CT.
Pencitraan
fusi teknik kedokteran nuklir memberikan informasi tentang anatomi dan
fungsi, yang sebaliknya akan tersedia, atau akan membutuhkan prosedur
yang lebih invasif atau pembedahan.
Referensi :
Minggu, 13 Oktober 2013
MRI ( Magnetik Resonance Imaging)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan
cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat radioaktif, energi
pancaran, diagnosis, dan pengobatan penyakit dengan menggunakan radiasi
pengion (sinar X) maupun bukan pengion (ultrasound). Wilhelm Conrad
Roentgen menemukan radiasi sinar X pada tanggal 8 November 1895 di
Wuerzburg University. Awalnya segala sesuatu yang berkenaan dengan
radiologi dianggap mengarah ke rontgen (pemeriksaan), tetapi kini
radiologi tak hanya sebatas itu. Radiologi juga menyentuh level
pencitraan (imaging) baik dengan zat radioaktif maupun dengan energi
pancaran.
MRI dibagi menjadi 2 yaitu radiologi diagnostik dan radiologi terapik.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia.
Gambaran
tersebut didapat dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara
0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dengan resonansi getaran
terhadap inti atom hidrogen.
Beberapa
faktor kelebihannya adalah kemampuan dalam membuat potongan koronal,
sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien
sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang
dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter
tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail
tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan
patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas.
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari ;
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T ;
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T ;
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5T.
Prinsip Dasar MRI
Struktur
atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat
diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah
medan magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar
dengan arah medan magnet. Saat diberikan frekuensi radio , maka atom H
akan mengabsorpsi energi dari frekuensi radio tersebut. Akibatnya dengan
bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan
besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi
radio frekuensi yang diberikan. Sewaktu radio frekuensi dihentikan, atom
H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet . Pada saat kembali
inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi
yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan
diperkuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra
berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
Tata Laksana dan Langkah Pemeriksaan
1.
Pada pemeriksaan MRI perlu diperhatikan bahwa alat-alat seperti tabung
oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll yang bersifat fero-magnetik
tidak boleh dibawa ke ruang MRI. Untuk keselamatan, pasien diharuskan
mema-kai baju pemeriksaan dan menanggalkan benda-benda feromagnetik,
seperti : jam tangan, kunci, perhiasan jepit rambut, gigi palsu dan
lainnya.
2.
Screening dan pemberian informasi kepada pasien dilakukan dengan cara
mewawancarai pasien, untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang
membahayakan pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien
menggunakan alat pacu jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD,
sendi palsu, neurostimulator, dan klip anurisma serebral, dan lain-lain.
3.
Transfer pasien menuju ruang MRI, khususnya pasien yang tidak dapat
berjalan harus diperhatikan karena penggunaan mesin roda akan
membahayakan dikarenakan medan magnet MRI selalu menyala. Cara
antisipasi adalah menggunakan meja MRI yang mobile.
4. Kenyamanan pasien perlu diperhatikan karena dapat merancukan pemeriksaan.
5 Persiapan console yaitu memprogram identitas pasien se-perti nama, usia dan lain-lain.
6. Pemilihan coil yang tepat.
7. Memilih parameter yang tepat.
8.
Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center
magnet (land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang
diamati harus sedekat mungkin ke center magnet, misalnya pemeriksaan MRI
kepala, pusat magnet pada hidung.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi adalah:
1.
Kesalahan disebabkan pergerakan fisiologis yang tidak periodic, seperti
menelan, pernafasan yang tidak stabil, berkedip, dan lain lain.
2. Adanya pengaruh gaya magnet dari luar.
3. Penempatan central magnet yang tidak tepat
Kelebihan MRI Dibandingkan dengan CT Scan
Beberapa kelebihan dan kekurangan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan, yaitu
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3.
Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi,
perfusi dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Setiap
teknik radiologi memiliki keunggulan dan kelemahan. Meskipun telah
tampak gejala jelas dari suatu penyakit, tetapi selama diagnosis belum
ditegakkan maka radiologi belum boleh diberikan. Misalkan terjadi sakit
kepala akibat kelainan di otak. Jika penyebab sakit kepala tersebut
adalah abnormalitas intrakranial maka CT Scan lebih baik dari MRI. Jika
Sakit kepala tersebut ternyata terjadi akibat perdarahan subaraknoid
maka MRI lebih baik dari pada CT Scan.
(Sumber dikutip dari akhsanur)